Kompor Gas vs Kompor Induksi Lebih Murah Mana?

 


Setelah membuat tulisan mengenai proses kerja sampai cara menentukan alat yang tepat untuk memasak di kompor induksi, tak lengkap rasanya jika kita tidak bicara masalah harganya. Katanya sih meskipun sama-sama disubsidi tapi subsidi untuk listrik itu jauh lebih ringan dan masyarakat pun akhirnya bisa dapat harga yang lebih murah lho. Kok bisa ya, negara mengurangi subsidi tapi di waktu bersamaan uan yang dikeluarkan oleh warga juga lebih sedikit? Kalau beneran bisa kan cocok banget. Iya kan?

Sebelum membahas lebih jauh, ada 1 hal yang ingin saya sampaikan bahwa dalam praktiknya, PLN tidak merubah daya langganan pengguna kompor listrik. Kalau awalnya 450 VA ya tetap tercatat 450 VA. Kalau awalnya 900 VA ya tetap 900 VA. Tetapi batas dayanya dinaikkan jadi 20 Ampere dan dibuatkan saluran khusus dari kWh meter ke kompor, dan ada kabel lagi untuk mengalirkan listrik ke seluruh rumah. Nah bagian ini nih yang pakai MCB sesuai daya langganan. Jadi kalau ditampilkan dalam gambar adalah sebagai berikut:


Setelah memahami paragraf di atas, baru kita bicarakan angka. Berdasarkan data dari ESDM, 1 kg gas elpiji memiliki energi setara dengan 7.19 kWh. Listrik ada yang subsidi dan ada yang non subsidi. Elpiji pun sama, ada yang subsidi dan ada yang non subsidi (seperti gambar paling atas ada tabung 3 kg melon subsidi dan tabung 3 kg pink non subsidi). Sekarang mari kita bandingkan secara adil


Gas Elpiji
Misal 1 gas 3 kg melon (bersubsidi) dihargai Rp 21.000, 
maka harga per kg yang dijual ke warga = Rp 21.000 / 3 = Rp 7.000
Harga 3 kg pink (non subsidi) = Rp 54.000 atau per kg = 54.000 / 3 = Rp 18.000
Subsidi negara untuk menjua 1 kg LPG = 18.000 - 7000 = Rp 11.000

Jadi dalam penjualan 1 kg elpiji melon:
pemerintah mengeluarkan uang sebesar Rp 11.000 untuk subsidi
Warga mengeluarkan uang sebesar: Rp 7.000 untuk membeli


Listrik
Harga listrik untuk 7.19 kWh subsidi = 7.19 kWh x Rp 415 per kWh = Rp 2.983,65
Harga listrik untuk 7.19 kWh non subsidi = 7.19 kWh x Rp 1444.7 per kWh = Rp 10,387. 
Subsidi negara untuk menjual 7.19 kWh = 10.387 - 2983,65 = Rp 7.403,15

Jadi dalam penjualan 7.19 kWh listrik yang setara 1 kg elpiji melon:
pemerintah mengeluarkan uang sebesar Rp 7.403,15 untuk subsidi
Warga mengeluarkan uang sebesar: Rp 2.983,65 untuk membeli


Sekarang coba kita bandingkan yang non subsidi vs non subsidi
Beli gas pink 3 kg non subsidi = Rp 54.000
Daya 2200 VA prabayar setara 3 kg = 3 x 7.19 kWh x Rp 1444.7 per kWh = Rp 31.162,18

Dari penjabaran di atas terlihat jelas bahwa penggunaan kompor induksi lebih menguntungkan daripada kompor gas. Baik untuk kalangan subsidi maupun non subsidi.

Komentar

To know the unknow mengatakan…
Beli pancinya gmn om
Panci yg lama dijual jg ga laku gada yg mau beli wkwk
M. Yusuf Wibisono mengatakan…
Sayangnya program pemerintah untuk konversi kompor induksi dibatalkan. Padahal dalam program itu dikasih paket lengkap:
- MCB lebih besar
- instalasi khusus
- kompor induksi
- alat masak

Postingan populer dari blog ini

Mengenal konstanta kWh meter.

Tegangan Turun = Arus Naik? Benarkah?

Merangkai 3 Trafo 1 Fasa Menjadi 1 Trafo 3 Fasa