Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Merangkai 3 Trafo 1 Fasa Menjadi 1 Trafo 3 Fasa

Gambar
Setelah kita memahami pengoperasian trafo 1 Fasa di wilayah Jateng - DIY (bagi yang belum tahu, silahkan baca DISINI ), kali ini kita akan membahas mengenai pengoperasian 3 trafo 1 Fasa untuk dirangkai menjadi 1 trafo 3 fasa. Ini biasanya dilakukan dalam keadaan darurat. Misalkan ada 1 trafo 3 fasa kapasitas100 kVA rusak, tapi di gudang hanya ada trafo 1 Fasa 50 kVA. Kita bisa merangkai 3 trafo 1 Fasa tersebut menjadi trafo 3 fasa 150 kVA. Untuk menjamin apa yang kita lakukan pasti berhasil, trafo yang akan dirangkai harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Memiliki 4 terminal sekunder 2. Memiliki angka lonceng / jam vektor yang sama (kita pakai Ii0) Pertama kita review dulu: trafo distribusi 1 Fasa dapat dioperasikan dengan 2 cara, yaitu secara bank dan secara normal. Karena kita akan mengganti trafo 3 fasa 100 kVA, maka trafo 1 Fasa 50 kVA harus dioperasikan kapasitas penuh, sehingga harus menggunakan rangkaian bank. Oke. Langsung saja kita bicarakan teknisn

Pengoperasian Trafo Distribusi 1 Fasa

Gambar
Jika kita membaca judul artikel ini, mungkin beberapa di antara kita ada yang bertanya-tanya: yang namanya trafo 1 fasa kan biasanya untuk rangkaian elektronika (seperti inverter, audio, ballast, dsb). Kalau trafo distribusi yang besar itu ya 3 fasa dong. Nah, inilah istimewanya system Jaringan PLN 3 fasa 4 kawat ala Jateng – DIY. Disini (Saya di Jogja) selain “ngopeni” trafo 3 fasa, kita juga ngopeni trafo 1 fasa. Konon katanya saat system kelistrikan dirintis di Indonesia, Jawa Tengah termasuk daerah yang “ndeso”. Jadi alih-alih menggunakan system 3 fasa 3 kawat seperti wilayah lain, khusus untuk Jateng DIY menggunakan system 3 fasa 4 kawat. Dalam system ini ada fitur yang namanya tapping 1 fasa, yaitu Jaringan Tegangan Menengah (JTM) hanya menggunakan 2 konduktor saja (1 fasa + 1 netral). Karena konstruksinya yang sederhana dan jumlah konduktornya lebih sedikit, maka system ini dirasa memiliki Value for Money yang paling cocok untuk diterapkan di Jawa Tengah. Nah, karena JTM-

Pelajaran dari Sebuah Ledakan

Alhamdulillah akhirnya ada kesempatan buat menulis lagi. Sesuai judulnya saya akan bahas mengenai ledakan. Tapi biar lebih seru, sebelum lanjutin baca kita lihat video dulu yuk: Sebenarnya tulisan ini adalah hasil sharing 6 tahun lalu (tahun 2012) dengan Asmanjar Jogja, seorang alumnus UGM. Yup, siapa lagi kalau bukan pak Supriyadi. Jadi bagi kalian yang baca tulisan ini dan nonton videonya, sebenarnya kalian sudah menghemat usia selama 6 tahun. Baru saya share sekarang karena bahannya baru lengkap 1 bulan lalu dan baru bisa nulis hari ini (ini jam 2 pagi, dan saya kebangun gak bisa tidur lagi. Hehe). Yo, disini saya ada 2 video. Pertama adalah peristiwa hubung singkat 1 fasa ke tanah pada jaringan 1 fasa, lalu yang kedua adalah peristiwa hubung singkat 1 fasa ke tanah pada jaringan 3 fasa. Yang namanya hubung singkat di sistem jaringan Jateng DIY dengan solid grounding-nya, bisa dipastikan arus gangguannya besar banget. Meskipun sama2 HS 1 fasa ke tanah da

Mengenal konstanta kWh meter.

Gambar
Pernah suatu ketika saat ngobrol sama tetangga ada pertanyaan seperti ini: Mas, kenapa ya setelah kWh meter diganti "kedipannya" jadi ngebut? Dulu perasaan gak kayak gini. Ntar tambah boros gak ya? Perlu diketahui bahwa setiap kWh meter memiliki karakteristik "kedipan" yang unik. Frekuensi kedipan tersebut secara teknis disebut sebagai konstanta kWh meter, satuannya impulse/kWh atau biasa disingkat dengan sebutan imp/kWh. Besaran ini menunjukkan berapa kedipan yang harus dilakukan untuk mencapai 1 kWh. Misalkan untuk kWh meter dengan konstanta 1000 imp/kWh artinya dia harus melakukan 1000 kedipan untuk menunjukkan pemakaian 1 kWh, Lalu kWh meter dengan konstanta 1600 Imp/kWh, artinya 1600 kedipan untuk 1 kWh. Jadi, semakin besar nilai konstanta maka semakin banyak juga jumlah kedipan yang harus terjadi untuk menunjukkan pemakaian 1 kWh. Nah, kembali ke pertanyaan tetangga saya. Apakah hal ini akan jadi boros? Saya hanya bisa menjawab: tergantung. Yang pasti s