Benarkah Memasak dengan Kompor Induksi Lebih Lama?

Pertanyaan ini mulai mencuat seiring dengan makin maraknya pemberitaan mengenai kompor induksi dan adanya pihak yang mengklaim pernah mengalami hal tersebut. Kalau menurut saya: ya ini bisa jadi benar, karena saya juga pernah mengalaminya. Setidaknya ada 3 variabel yang mempengaruhi hal ini. Apa saja? Ayo kita bahas:


1. Kompornya disetting berapa Watt? Sama seperti yang masih menggunakan api, kompor induksi pun bisa diatur besar kecil penggunaan energinya. Meski di rumahmu kompornya punya Watt besar, tapi kalau dioperasikan dengan Watt kecil ya sama aja matengnya lama.


2. Tegangan di rumahmu berapa volt? Jangan-jangan kompor induksimu tidak bisa bekerja optimal gara-gara tegangannya terlalu rendah. Untuk diketahui bahwa tingkat mutu pelayanan PLN terkait tegangan adalah minimum 198 volt (220 - 10%) dan maksimum 231 volt (220 + 5%). Jika tegangan pelayanan PLN di rumahmu kurang dari batas minimum, laporkan saja ke PLN  melalui aplikasi PLN Mobile. Tinggal klik pengaduan - keluhan. Lalu kamu bisa curhat disitu. Lalu apa pengaruhnya tegangan rendah terhadap kinerja peralatan? Cek disini:

http://yusufelits.blogspot.com/2020/05/tegangan-turun-arus-naik-benarkah.html?m=1


3. Peralatan yang digunakan compatible nggak? Kompor induksi itu menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Kalau kalian ingat pelajaran fisika SMP mengenai trafo, sistemnya mirip banget kayak itu: kumparan primer menginduksi kumparan sekunder. Sederhana banget kan ya. Hanya saja dalam kompor induksi, kumparan sekunder digantikan oleh alat masak. Jadi kalau alat masaknya tidak kompatibel untuk menangkap Medan magnet dengan baik, maka perannya sebagai "kumparan sekunder" tidak akan maksimal.

Kementrian ESDM mengklaim kompor induksi memilki efisiensi energi hingga 85%. Ini jauh lebih tinggi daripada kompor dengan api yang hanya 45%. Tapi kalau alat masaknya tidak pas ya tidak bisa sampai segitu.

Seperti yang kita tahu, ada 3 jenis benda terkait sifat kemagnetannya, yaitu: Ferromagnetik (dapat berinteraksi dengan kuat terhadap magnet), paramagnetik (dapat berinteraksi tapi lemah), dan diamagnetik (tidak dapat berinteraksi dengan magnet). Dari ketiga jenis benda itu, tentu bahan ferro magnetik yang paling cocok untuk alat masak kompor induksi.

Cara mengecek jenis bahan pun sangat mudah, yaitu: tempelkan saja magnet pada bagian bawah alat masaknya. Jika menempel kuat maka dia termasuk Ferromagnetik, jika menempel lemah maka dia paramagnetik, dan jika tidak bisa menempel sama sekali artinya dia diamagnetik. Berikut video pengujian 3 alat masak dari bahan yang berbeda:

1. Bahan Ferromagnetik (besi / baja)


2. Bahan Paramagnetik (seng / stainless steel)


3. Bahan Diamagnetik (aluminium)


Saya pernah coba pakai ketiganya untuk memasak. Hasilnya:
1. Memasak dengan bahan ferromagnetik (besi \ baja): sangat mudah. Matangnya cepat.
2. Memasak dengan bahan paramagnetik (seng \ stanless steel): bisa dipakai untuk masak, namun seperti yang disampaikan mbak Mulan Jameela di atas. Matangnya lama.
3. Memasak dengan bahan diamagnetik (panci aluminnium): tidak ada respon sama sekalli dari kompor. Bisa dikatakan aluminium sama sekali tidak bisa menangkap garis gaya magnet, sehingga kompor seperti menganggap kumparan sekundernya open circuit.

Demikian pembahasan kali ini. Semoga dapat menambah wawasan kita semua terkait kompor induksi. Kalau ada yang ingin didiskusikan silahkan komen di bawah. Terima kasih sudah mampir.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal konstanta kWh meter.

Tegangan Turun = Arus Naik? Benarkah?

Merangkai 3 Trafo 1 Fasa Menjadi 1 Trafo 3 Fasa